Ragam Bahasa Indonesia

google-site-verification: google78bf0d1127b39cfd.html
A. Penting Atau Tidaknya Bahasa Indonesia.
Sebuah bahasa penting atau tidak penting dapat dilihat dari tiga kriteria, yaitu jumlah penutur, luas daerah penyebarannya, dan terpakainya bahasa itu dalam sarana ilmu, susastra, dan budaya.
Dipandang Dari Jumlah Penutur
Ada dua bahasa di Indonesia, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Bahasa Indonesia lahir sebagai bahasa kedua bagi sebagian besar warga bangsa Indonesia.Yang pertama kali muncul atas diri seseorang adalah bahasa daerah (“bahasa ibu”). Bahasa Indonesia baru dikenal anak-anak setelah mereka sampai pada usia sekolah (taman kanak-kanak).
Berdasarkan keterangan di atas, penutur bahasa Indonesia yang mempergunakan bahasa Indonesia sebagai “bahasa ibu” tidak besar jumlahnya. Mereka hanya terbatas pada orang-orang yang lahir dari orang tua yang mempunyai latar belakang bahasa daerah yang berbeda, sebagian orang yang lahir di kota-kota besar, dan orang-orang yang mempunyai latar belakang bahasa Melayu. Dengan demikian, kalau kita memandang bahasa Indonesia sebagai “bahasa ibu”, bahasa Indonesia itu tidak penting. Akan tetapi, pandangan kita tidak tertuju pada masalah “bahasa ibu”. Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah penutur yang memberlakukan bahasa Indonesia sebagai “bahasa kedua”. Data ini akan membuktikan bahwa penutur bahasa Indonesia adalah 210 juta orang (2000) ditambah dengan penutur-penutur yang berada di luar Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia amat penting kedudukannya di kalangan masyarakat.
Dipandang Dari Luas Penyebarannya
Penyebaran suatu bahasa tentu ada hubungannya dengan penutur bahasa itu.Oleh sebab itu, tersebarnya suatu bahasa tidak dapat dilepaskan dari segi penutur.
Penutur bahasa Indonesia yang berjumlah 210 juta lebih itu tersebar dalam daerah yang luas yaitu dari Sabang sampai Merauke. Keadaan daerah penyebaran ini akan membuktikan bahwa bahasa Indonesia amat penting kedudukannya di antara bahasa-bahasa dunia.
Dipandang Dari Dipakainya Sebagai Sarana Ilmu, Budaya, dan Sastra
Tentang susastra, bahasa Kerinci kaya dengan macam dan jenis susastranya walaupun hanya susastra lisan.Susastra Kerinci telah memasyarakat ke segenap pelosok daerah Kerinci.Dengan demikian, bahasa Kerinci telah dipakai sebagai sarana dalam susastra.
Tentang budaya, bahasa Kerinci telah dipakai pula walaupun hanya dalam berkomunikasi, bertutur adat, bernyanyi, berpantun dan sebagainya.
Tentang ilmu pengetahuan, bahasa Kerinci belum mampu memecahkannya. Jika hendak menulis surat, orang-orang Kerinci memakai bahasa Indonesia, bukan bahasa Kerinci. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Kerinci belum mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana ilmu.
Ketiga hal di atas – sarana ilmu pengetahuan, budaya, dan susastra–telah dijalankan oleh bahasa Indonesia dengan sangat sempurna dan baik. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang penting.
B. Ragam Lisan dan Ragam Tulis
Tidak dapat kita pungkiri, bahasa Indonesia ragam lisan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia ragam tulis. Ada pendapat yang mengatakan bahwa ragam tulis adalah pengalihan ragam lisan ke dalam ragam tulis (huruf).Pendapat ini tidak dapat dibenarkan seratus persen sebab tidak semua ragam lisan dapat dituliskan; sebaliknya, tidak semua ragam tulis dapat dilisankan.Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagi ragam tulis.
Kedua ragam itu berbeda, perbedaannya adalah sebagai berikut:
1.      Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara berada di depan.
2.      Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan.Hal ini disebabkan oleh bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi.  Contoh : Orang yang berbelanja di pasar.
“Bu, berapa cabenya?”
“Tiga puluh.”
“Bisa kurang?”
“Dua lima saja, Nak.”
Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di depan pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang “diajak bicara” mengerti isi tulisan itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan-tulisan dalam buku, majalah, dan surat kabar.
3.      Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang diskusi susastra belum tentu dapat dimengerti oleh orang yang berada di luar ruang itu. Ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu.
4.      Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.
Berikut ini dapat kita bandingkan wujud bahasa Indonesia ragam lisan dan ragam tulis. Perbandingan ini didasarkan atas perbedaan penggunaan bentuk kata, kosakata, dan struktur kalimat.
a. Ragam Lisan
1)      Penggunaan Bentuk Kata
§  Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni.
§  Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu.
2)      Penggunaan Kosakata
§  Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
§  Mereka lagi bikin denah buat pameran entar.
3)      Penggunaan Struktur Kalimat
§  Rencana ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.
b. Ragam Tulis
1.      Penggunaan Bentuk Kata
§  Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni.
§  Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan itu.
2.      Penggunaan Kosakata
§  Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu .
§  Mereka sedang membuat denah untuk pameran nanti.
3.      Penggunaan Struktur Kalimat
§  Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
D. Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan
Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Pemerintah sekarang mendahulukan ragam baku tulis secara nasional. Usaha itu dilakukan dengan menerbitkan dan menertibkan masalah ejaan bahasa Indonesia, yang tercantum dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Demikian pula, pengadaan Pedoman Umum Pembentukan Istilahdan pengadaan Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pula usaha ke arah itu.
Bagaimana dengan masalah ragam baku lisan? Ukuran dan nilai ragam baku lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Seseorang dapat dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.
E. Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
Ragam sosial yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya di dasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang yang akrab dapat merupakan ragam sosial tersendiri.
Ragam fungsional, yang kadang-kadang disebut juga ragam profesional, adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya.Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya.
1.      Ragam Keilmuan/Teknologi
Komputer adalah mesin pengelola informasi.Berjuta-juta fakta dan bagan yang berbeda dapat disimpan dalam komputer dan dapat dicari lagi apabila diperlukan.
2.      Ragam Kedokteran
Kita mengenal dua macam diabetes, yaitu diabetes inspidus dan diabetes mellitus. Diabetes inspidus disebabkan oleh kekurangan hormon antidiuretik (antidiuretic hormone = ADH) diproduksi oleh kelenjar pituitaria yang berada di dasar otak sehingga kita mengeluarkan urine terus atau kencing saja. Pada diabetes mellitus yang kurang adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berada dibawah hati.
3.      Ragam Keagamaan
Tidaklah orang-orang itu menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.
F. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Pengertian benar pada suatu kata atau suatu kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari segi kaidah bahasa.Sebuah kalimat atau sebuah pembentukan kata dianggap benar apabila bentuk itu mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Di bawah ini akan dipaparkan sebuah contoh.
1.      Kuda makan rumput
Kalimat ini benar karena memenuhi kaidah sebuah kalimat secara struktur, yaitu adasubjek (kuda), ada predikat (makan), dan ada objek (rumput).Kalimat ini juga memenuhi kaidah sebuah kalimat dari segi makna, yaitu mendukung sebuah informasi yang dapat dimengerti oleh pembaca.Lain halnya dengan kalimat di bawah ini.
2.      Rumput makan kuda
Kalimat ini benar menurut struktur karena ada subjek (rumput), ada predikat (makan), ada objek (kuda).Akan tetapi, dari segi makna, kalimat ini tidak benar karena tidak mendukung makna yang baik.
Sebuah bentuk kata dikatakan benar kalau memperlihatkan proses pembentukan yang benar menurut kaidah yang berlaku.
Pengertian “baik” pada suatu kata (bentukan) atau kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari pilihan kata (diksi). Dalam suatu pertemuan kita dapat memakai kata yang sesuai dengan pertemuan itu sehingga kata-kata yang keluar atau dituliskan itu tidak akan menimbulkan nilai rasa yang tidak pada tempatnya.
Sebagai simpulan, yang dimaksud dengan bahasa yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten, sedangkan yang dimaksud dengan bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya.







B.     Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur

1.     Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek). Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Madura, dan Papua. Masing-masing memiliki ciri khas /logat yang berbeda-beda.
2.    Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan, berbeda dengan kelompok penutur yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan  pitamin, pideo, pilm, pakultas.
3.    Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur. Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicaranya. Sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut.Contohnya, pada saat kita berbicara dengan seseorang yang memiliki kedudukan atau jabatan yang tinggi dan saat berbicara dengan seorang teman akrab. Pasti tentunya akan sangat berbeda.  Semakin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

3.     Situasi ragam bahasa dalam berbagai keadaan

1.      Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau surat resmi.
2.    Ragam cakapan (ragam akrab) adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi.
3.    Ragam hormat adalah ragam bahasa yang dipakai apabila lawan bicara orang yang dihormati, misalnya orang tua dan atasan.
4.    Ragam kasar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam pemakaian tidak resmi di kalangan orang yang saling mengenal.
5.    Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Ragam lisan dapat kita temui, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan ragam lisan yang non standar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan non formal lainnya.
6.    Ragam resmi adalah ragam bahasa yang dipakai dalam suasana resmi.
7.    Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun non standar. Ragam tulis yang standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
8.    Ragam bahasa perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa Benyamin s, dan lain sebagainya.
9.    Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa Madura, Medan, Sunda, Bali, Jawa, dan lain sebagainya.
10. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.

4.     Faktor-faktor yang menyebabkan ragam bahasa

1. Faktor Usia Terlihat perbedaan cara bicara dari anak-anak kecil, para remaja, dan orang tua. Pada anak-anak masih terdapat tata bahasa yang kurang tersusun dengan rapih, dan masih sangat sederhana. Pada remaja umumnya menggunakan bahasa gaul. Sedangkan pada orang tua/dewasa tata bahasanya sudah lebih rapih dan lebih sopan meskipun bahasa yang digunakan tidak formal.Atau terlihat juga keragaman tersebut ketika seseorang berbicara dengan orang yang usianya lebih tua, akan lebih sopan dibandingkan berbicara dengan teman sebaya.
2. Faktor Gender Contohnya, ketika bapak-bapak berkumpul dan mulai berbincang-bincang diperbandingkan dengan ketika ibu-ibu yang berkumpul sangat terlihat jelas perbedaannya Berdasarkan penelitian, diperoleh bahwa perbedaan gender (pria/wanita) dapat mempengaruhi perbedaan pada fonologis, gramatikal, dan sintaksis/morfologis bahasa.
3. Faktor Tingkat Pendidikan misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan hingga SD akan berbeda ragam bahasanya dengan orang yang mengenyam pendidikan hingga sarjana, disebabkan oleh perbedaan pengetahuan dan wawasan yang mereka miliki.
4. Faktor Profesi/Jabatan Ilustrasinya, perbedaan cara bicara OB dengan Manajer
5. Faktor Budaya Daerah Bahasa lahir dari budaya.Budaya masing-masing daerah yang berbeda melahirkan bahasa daerah dengan logatnya masing-masing. Ketika 2 orang yang memiliki perbedaan budaya dan bahasa daerah bertemu dan menggunakan 1 bahasa yang sama, tetap terdapat perbedaan dialek di antara mereka. Ilustrasinya telah saya berikan di awal pembahasan, mengenai orang Jawa dan orang Batak yang menggunakan bahasa Indonesia.
6. Faktor Bidang yang Ditekuni Misalnya, orang yang menekuni bidang kimia mengerti dengan istilah-istilah kimia, namun orang awam belum tentu mengerti dengan istilah tersebut.
7. Faktor Lingkungan Sosial Di awal pembahasan saya juga telah memberikan ilustrasinya, yaitu Arif yang berbicara dengan atasan berbeda dengan ketika ia berbicara dengan teman lamanya, tergantung kepada siapa lawan bicaranya.
-         Penutur bahasa Indonesia 210 juta orang tahun 2000, ditambah dengan penutur-penutur yang berada di luar Indonesia.
b.   Dipandang dari luas penyebarannya
-         Penutur bahasa Indonesia yang berjumlah 210 juta lebih tersebar dari sabang sampai merauke
-         Tersebar di kawasan Asia Tenggara ( Maalasyia dan Brunei)
-         Tersebar di beberapa negara maju, seperti Australia, Belanda, Rusia, dan jepang
-         Dibukanya jurusan bahasa Indonesia pada beberapa universitas di luar negeri.
c.   Dipandang dari dipakainya sebagai sarana ilmu, budaya, dan susastra
Sarana ilmu pengetahuan, budaya, dan susastra telah dijalankan oleh bahasa Indonesia dengan sangat sempurna dan baik.
2.   Ragam Lisan dan Ragam Tulisan
Ragam bahasa pada pokoknya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulis. Bahasa Indonesia ragam lisan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia ragam tulis. Ada pendapat yang mengatakan bahwa ragam tulis adalah pengalihan ragam lisan ke dalam ragam tulis (huruf).Pendapat tidak dapat dibenarkan seratus persen sebab tidak semua ragam lisan dapat dituliskan; sebaliknya, tidak semua ragam tulis dapat dilisankan.Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagi ragam tulis.
Perbedaan ragam lisan dan ragam tulisan adalah sebagai berikut.
1)   Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara berada di depan.
2)  Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan.  
3)  Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Sedangkan ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu.
4)  Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.
Contoh kalimat ragam lisan dan ragam tulis.
Ragam lisan
a.   Penggunaan Bentuk Kata
(1) Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni.
(2)Fotokopi ijazah harus dilegalisir dulu oleh pimpinan akademi.
b.   Penggunaan Kosakata
(1) Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
(2)Pekerjaan itu agak macet disebabkan karenaketerlambatan dana yang diterima.
c.   Penggunaan Struktur Kalimat
(1) Rencana ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.
(2)        Karena terlalu banyak saran beda-beda sehingga ia makin bingung untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
                 Ragam Tulis
a.Penggunaan Bentuk Kata
(1)  Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni.
(2) Fotokopi ijazah harus dilegalisasi dulu oleh pimpinan akademi.
b.Penggunaan Kosakata
(1) Saya sudah memberi  tahu mereka tentang hal itu.
(2)                                Pekerjaan itu agak macet disebabkan olehketerlambatan dana yang diterima.
c. Penggunaan Struktur Kalimat
(1)  Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
(2) Karena terlalu banyak saran yang berbeda-beda, ia makin bingung untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
3.   Ragam Baku dan Tidak Baku
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.
Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Ciri-ciri ragam baku sebagai berikut.
a.   Kemantapan dinamis
b.   Cendekia
c.   seragam
4.   Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan
Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku tulis secara nasional. Usaha yang dilakukan dengan menerbitkan dan menertibkan masalah ejaan bahasa Indonesia, yang tercantum dalam buku
-         Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)  
-          Pedoman Umum Pembentukan Istilah
-         Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Ukuran dan nilai ragam baku lisan bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Seseorang dapat dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam pembicaraaannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.
5.   Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
Ragam sosial adalah ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Sedangkan ragam fungsional atau profesional adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya.Dalam kenyataan, ragam fungsional menjelma sebagai bahasa negara dsan bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan.
6.   Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar
Bahasa Indonesia yang baik adalah penggunaan yang disesuaikan dengan situasi pemakainya atau lingkungan dan keadaan yang dihadapi baik ragam bahasa lisan maupun ragam tulis.
Bahasa Indonesia yang benar adalah suatu ragam bahasa yang memenuhi kaidah-kaidah bahasa yang berlaku dalam komunikasi resmi pada situasi formal, kedinasan, ilmiah (bahasa Indonesia baku).


1 komentar:

Sloty Casino, New Jersey - MapyRO
Sloty Casino, 서산 출장안마 New Jersey. Find your nearest sloty casino 용인 출장안마 located in New Jersey, United States 태백 출장마사지 and get directions, reviews 양주 출장안마 and more 청주 출장안마 information.


EmoticonEmoticon