A. Penting Atau Tidaknya
Bahasa Indonesia.
Sebuah bahasa penting atau tidak penting
dapat dilihat dari tiga kriteria, yaitu jumlah penutur, luas daerah
penyebarannya, dan terpakainya bahasa itu dalam sarana ilmu, susastra, dan
budaya.
Dipandang Dari Jumlah Penutur
Ada dua bahasa di
Indonesia, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Bahasa Indonesia lahir
sebagai bahasa kedua bagi sebagian besar warga bangsa Indonesia.Yang pertama
kali muncul atas diri seseorang adalah bahasa daerah (“bahasa ibu”). Bahasa
Indonesia baru dikenal anak-anak setelah mereka sampai pada usia sekolah (taman
kanak-kanak).
Berdasarkan keterangan di atas, penutur
bahasa Indonesia yang mempergunakan bahasa Indonesia sebagai “bahasa ibu” tidak
besar jumlahnya. Mereka hanya terbatas pada orang-orang yang lahir dari orang
tua yang mempunyai latar belakang bahasa daerah yang berbeda, sebagian orang
yang lahir di kota-kota besar, dan orang-orang yang mempunyai latar belakang
bahasa Melayu. Dengan demikian, kalau kita memandang bahasa Indonesia sebagai
“bahasa ibu”, bahasa Indonesia itu tidak penting. Akan tetapi, pandangan kita
tidak tertuju pada masalah “bahasa ibu”. Jumlah penutur yang dimaksud adalah
jumlah penutur yang memberlakukan bahasa Indonesia sebagai “bahasa kedua”. Data
ini akan membuktikan bahwa penutur bahasa Indonesia adalah 210 juta orang
(2000) ditambah dengan penutur-penutur yang berada di luar Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa bahasa Indonesia amat penting kedudukannya di kalangan
masyarakat.
Dipandang Dari Luas
Penyebarannya
Penyebaran suatu bahasa tentu ada hubungannya
dengan penutur bahasa itu.Oleh sebab itu, tersebarnya suatu bahasa tidak dapat
dilepaskan dari segi penutur.
Penutur bahasa Indonesia yang berjumlah 210
juta lebih itu tersebar dalam daerah yang luas yaitu dari Sabang sampai
Merauke. Keadaan daerah penyebaran ini akan membuktikan bahwa bahasa Indonesia
amat penting kedudukannya di antara bahasa-bahasa dunia.
Dipandang Dari Dipakainya
Sebagai Sarana Ilmu, Budaya, dan Sastra
Tentang susastra, bahasa Kerinci kaya dengan
macam dan jenis susastranya walaupun hanya susastra lisan.Susastra Kerinci
telah memasyarakat ke segenap pelosok daerah Kerinci.Dengan demikian, bahasa
Kerinci telah dipakai sebagai sarana dalam susastra.
Tentang budaya, bahasa Kerinci telah dipakai
pula walaupun hanya dalam berkomunikasi, bertutur adat, bernyanyi, berpantun
dan sebagainya.
Tentang ilmu pengetahuan, bahasa Kerinci
belum mampu memecahkannya. Jika hendak menulis surat, orang-orang Kerinci
memakai bahasa Indonesia, bukan bahasa Kerinci. Hal ini membuktikan bahwa
bahasa Kerinci belum mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana ilmu.
Ketiga hal di atas – sarana ilmu pengetahuan,
budaya, dan susastra–telah dijalankan oleh bahasa Indonesia dengan sangat
sempurna dan baik. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa
yang penting.
B. Ragam Lisan dan Ragam
Tulis
Tidak dapat kita pungkiri, bahasa Indonesia
ragam lisan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia ragam tulis. Ada pendapat
yang mengatakan bahwa ragam tulis adalah pengalihan ragam lisan ke dalam ragam
tulis (huruf).Pendapat ini tidak dapat dibenarkan seratus persen sebab tidak
semua ragam lisan dapat dituliskan; sebaliknya, tidak semua ragam tulis dapat
dilisankan.Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagi ragam
tulis.
Kedua ragam itu berbeda, perbedaannya adalah
sebagai berikut:
1. Ragam lisan
menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara,
sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara berada di depan.
2. Di dalam
ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek
tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan.Hal
ini disebabkan oleh bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimik,
pandangan, anggukan, atau intonasi. Contoh : Orang yang berbelanja di
pasar.
“Bu, berapa cabenya?”
“Tiga puluh.”
“Bisa kurang?”
“Dua lima saja, Nak.”
Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih
lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena ragam
tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di depan pembicara. Kelengkapan
ragam tulis menghendaki agar orang yang “diajak bicara” mengerti isi tulisan
itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan-tulisan dalam buku, majalah, dan surat
kabar.
3. Ragam lisan
sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan
secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan berlaku untuk
waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang diskusi susastra
belum tentu dapat dimengerti oleh orang yang berada di luar ruang itu. Ragam
tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu.
4. Ragam lisan
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam
tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.
Berikut ini dapat kita bandingkan wujud
bahasa Indonesia ragam lisan dan ragam tulis. Perbandingan ini didasarkan atas
perbedaan penggunaan bentuk kata, kosakata, dan struktur kalimat.
a. Ragam Lisan
1) Penggunaan Bentuk Kata
§
Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni.
§
Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan
itu.
2) Penggunaan Kosakata
§
Saya sudah kasih tahu
mereka tentang hal itu.
§
Mereka lagi bikin denah buat pameran entar.
3) Penggunaan Struktur Kalimat
§
Rencana ini saya sudah sampaikan
kepada Direktur.
b. Ragam Tulis
1. Penggunaan Bentuk Kata
§
Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni.
§
Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan
itu.
2. Penggunaan Kosakata
§
Saya sudah memberi tahu
mereka tentang hal itu .
§
Mereka sedang membuat denah untuk pameran nanti.
3. Penggunaan Struktur Kalimat
§
Rencana ini sudah saya sampaikan
kepada Direktur.
D. Ragam Baku Tulis dan
Ragam Baku Lisan
Ragam baku tulis adalah
ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah
lainnya. Pemerintah sekarang mendahulukan ragam baku tulis secara nasional.
Usaha itu dilakukan dengan menerbitkan dan menertibkan masalah ejaan bahasa
Indonesia, yang tercantum dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Demikian pula, pengadaan Pedoman Umum Pembentukan Istilahdan pengadaan Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pula usaha
ke arah itu.
Bagaimana dengan masalah ragam baku lisan?
Ukuran dan nilai ragam baku lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya ragam
daerah yang terdengar dalam ucapan. Seseorang dapat dikatakan berbahasa lisan
yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau
dialek daerahnya.
E. Ragam Sosial dan Ragam
Fungsional
Ragam sosial yaitu ragam bahasa yang sebagian
norma dan kaidahnya di dasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan
sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam bahasa yang digunakan dalam
keluarga atau persahabatan dua orang yang akrab dapat merupakan ragam sosial
tersendiri.
Ragam fungsional, yang kadang-kadang disebut
juga ragam profesional, adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi,
lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya.Ragam fungsional juga
dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya.
1. Ragam
Keilmuan/Teknologi
Komputer adalah mesin pengelola
informasi.Berjuta-juta fakta dan bagan yang berbeda dapat disimpan dalam
komputer dan dapat dicari lagi apabila diperlukan.
2. Ragam
Kedokteran
Kita mengenal dua macam
diabetes, yaitu diabetes inspidus dan diabetes mellitus. Diabetes inspidus
disebabkan oleh kekurangan hormon antidiuretik (antidiuretic hormone = ADH)
diproduksi oleh kelenjar pituitaria yang berada di dasar otak sehingga kita
mengeluarkan urine terus atau kencing saja. Pada diabetes mellitus yang kurang
adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berada
dibawah hati.
3. Ragam
Keagamaan
Tidaklah orang-orang itu menyangka bahwa
sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar yaitu hari
ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.
F. Bahasa Indonesia yang
Baik dan Benar
Pengertian benar pada suatu kata atau suatu
kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari segi kaidah bahasa.Sebuah kalimat
atau sebuah pembentukan kata dianggap benar apabila bentuk itu mematuhi
kaidah-kaidah yang berlaku. Di bawah ini akan dipaparkan sebuah contoh.
1. Kuda makan rumput
Kalimat ini benar karena
memenuhi kaidah sebuah kalimat secara struktur, yaitu adasubjek (kuda), ada predikat (makan),
dan ada objek (rumput).Kalimat ini juga memenuhi kaidah
sebuah kalimat dari segi makna, yaitu mendukung sebuah informasi yang dapat
dimengerti oleh pembaca.Lain halnya dengan kalimat di bawah ini.
2. Rumput makan kuda
Kalimat ini benar menurut
struktur karena ada subjek (rumput),
ada predikat (makan), ada objek (kuda).Akan tetapi, dari segi makna, kalimat
ini tidak benar karena tidak mendukung makna yang baik.
Sebuah bentuk kata dikatakan benar kalau
memperlihatkan proses pembentukan yang benar menurut kaidah yang berlaku.
Pengertian “baik” pada suatu kata (bentukan)
atau kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari pilihan kata (diksi). Dalam
suatu pertemuan kita dapat memakai kata yang sesuai dengan pertemuan itu
sehingga kata-kata yang keluar atau dituliskan itu tidak akan menimbulkan nilai
rasa yang tidak pada tempatnya.
Sebagai simpulan, yang dimaksud dengan bahasa
yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten, sedangkan
yang dimaksud dengan bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa
yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya.
B. Ragam
Bahasa Berdasarkan Penutur
1. Ragam
bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek). Bahasa Indonesia
yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa
Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Madura, dan Papua. Masing-masing
memiliki ciri khas /logat yang berbeda-beda.
2. Ragam
bahasa berdasarkan pendidikan penutur. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh
kelompok penutur yang berpendidikan, berbeda dengan kelompok penutur yang tidak
berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing,
misalnya vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan
mungkin akan mengucapkan pitamin, pideo, pilm, pakultas.
3. Ragam
bahasa berdasarkan sikap penutur. Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap
penutur terhadap kawan bicaranya. Sikap itu antara lain resmi, akrab, dan
santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga
mempengaruhi sikap tersebut.Contohnya, pada saat kita berbicara dengan
seseorang yang memiliki kedudukan atau jabatan yang tinggi dan saat berbicara
dengan seorang teman akrab. Pasti tentunya akan sangat berbeda. Semakin
formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya,
makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
3. Situasi
ragam bahasa dalam berbagai keadaan
1. Ragam baku adalah
ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang baik. Ragam ini
biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau surat
resmi.
2.
Ragam cakapan (ragam akrab) adalah
ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan bicara sebagai
sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara
bersifat tidak resmi.
3.
Ragam hormat adalah ragam
bahasa yang dipakai apabila lawan bicara orang yang dihormati, misalnya orang
tua dan atasan.
4.
Ragam kasar adalah ragam
bahasa yang digunakan dalam pemakaian tidak resmi di kalangan orang yang saling
mengenal.
5.
Ragam lisan adalah ragam
bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu
sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Bahasa lisan lebih
ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi
satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Ragam lisan dapat kita temui,
misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi
perkuliahan, ceramah, dan ragam lisan yang non standar, misalnya dalam
percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan non formal lainnya.
6.
Ragam resmi adalah ragam
bahasa yang dipakai dalam suasana resmi.
7.
Ragam tulis adalah ragam
bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu
sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual.
Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun non standar. Ragam
tulis yang standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat
kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam
majalah remaja, iklan, atau poster.
8.
Ragam bahasa perorangan atau idiolek seperti
gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa Benyamin s, dan lain
sebagainya.
9.
Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat
suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa Madura, Medan,
Sunda, Bali, Jawa, dan lain sebagainya.
10.
Ragam bahasa pada kelompok anggota
masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi
beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.
4. Faktor-faktor
yang menyebabkan ragam bahasa
1. Faktor Usia Terlihat perbedaan
cara bicara dari anak-anak kecil, para remaja, dan orang tua. Pada anak-anak
masih terdapat tata bahasa yang kurang tersusun dengan rapih, dan masih sangat
sederhana. Pada remaja umumnya menggunakan bahasa gaul. Sedangkan pada orang
tua/dewasa tata bahasanya sudah lebih rapih dan lebih sopan meskipun bahasa
yang digunakan tidak formal.Atau terlihat juga keragaman tersebut ketika
seseorang berbicara dengan orang yang usianya lebih tua, akan lebih sopan
dibandingkan berbicara dengan teman sebaya.
2. Faktor Gender Contohnya, ketika
bapak-bapak berkumpul dan mulai berbincang-bincang diperbandingkan dengan
ketika ibu-ibu yang berkumpul sangat terlihat jelas perbedaannya Berdasarkan
penelitian, diperoleh bahwa perbedaan gender (pria/wanita) dapat mempengaruhi
perbedaan pada fonologis, gramatikal, dan sintaksis/morfologis bahasa.
3. Faktor Tingkat Pendidikan misalnya,
orang yang hanya mengenyam pendidikan hingga SD akan berbeda ragam bahasanya
dengan orang yang mengenyam pendidikan hingga sarjana, disebabkan oleh
perbedaan pengetahuan dan wawasan yang mereka miliki.
4. Faktor Profesi/Jabatan Ilustrasinya,
perbedaan cara bicara OB dengan Manajer
5. Faktor Budaya Daerah Bahasa lahir dari
budaya.Budaya masing-masing daerah yang berbeda melahirkan bahasa daerah dengan
logatnya masing-masing. Ketika 2 orang yang memiliki perbedaan budaya dan
bahasa daerah bertemu dan menggunakan 1 bahasa yang sama, tetap terdapat
perbedaan dialek di antara mereka. Ilustrasinya telah saya berikan di awal
pembahasan, mengenai orang Jawa dan orang Batak yang menggunakan bahasa
Indonesia.
6. Faktor Bidang yang
Ditekuni Misalnya,
orang yang menekuni bidang kimia mengerti dengan istilah-istilah kimia, namun
orang awam belum tentu mengerti dengan istilah tersebut.
7. Faktor Lingkungan Sosial Di awal pembahasan
saya juga telah memberikan ilustrasinya, yaitu Arif yang berbicara dengan
atasan berbeda dengan ketika ia berbicara dengan teman lamanya, tergantung
kepada siapa lawan bicaranya.
- Penutur
bahasa Indonesia 210 juta orang tahun 2000, ditambah dengan penutur-penutur
yang berada di luar Indonesia.
b. Dipandang
dari luas penyebarannya
- Penutur
bahasa Indonesia yang berjumlah 210 juta lebih tersebar dari sabang sampai
merauke
- Tersebar
di kawasan Asia Tenggara ( Maalasyia dan Brunei)
- Tersebar
di beberapa negara maju, seperti Australia, Belanda, Rusia, dan jepang
- Dibukanya
jurusan bahasa Indonesia pada beberapa universitas di luar negeri.
c. Dipandang
dari dipakainya sebagai sarana ilmu, budaya, dan susastra
Sarana ilmu pengetahuan,
budaya, dan susastra telah dijalankan oleh bahasa Indonesia dengan sangat
sempurna dan baik.
2. Ragam
Lisan dan Ragam Tulisan
Ragam bahasa pada pokoknya
dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulis. Bahasa
Indonesia ragam lisan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia ragam tulis. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa ragam tulis adalah pengalihan ragam lisan ke
dalam ragam tulis (huruf).Pendapat tidak dapat dibenarkan seratus persen sebab tidak
semua ragam lisan dapat dituliskan; sebaliknya, tidak semua ragam tulis dapat
dilisankan.Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagi ragam
tulis.
Perbedaan ragam lisan dan
ragam tulisan adalah sebagai berikut.
1) Ragam
lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di
depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan
adanya teman bicara berada di depan.
2) Di
dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek,
predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan.
3) Ragam
lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Sedangkan
ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu.
4) Ragam
lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya
suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca,
huruf besar, dan huruf miring.
Contoh kalimat ragam lisan
dan ragam tulis.
Ragam lisan
a. Penggunaan
Bentuk Kata
(1) Kendaraan
yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni.
(2)Fotokopi
ijazah harus dilegalisir dulu oleh pimpinan akademi.
b. Penggunaan
Kosakata
(1) Saya
sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
(2)Pekerjaan itu
agak macet disebabkan karenaketerlambatan dana yang diterima.
c. Penggunaan
Struktur Kalimat
(1) Rencana
ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.
(2) Karena
terlalu banyak saran beda-beda sehingga ia makin bingung untuk menyelesaikan
pekerjaan itu.
Ragam
Tulis
a.Penggunaan Bentuk Kata
(1) Kendaraan
yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni.
(2) Fotokopi
ijazah harus dilegalisasi dulu oleh pimpinan akademi.
b.Penggunaan Kosakata
(1) Saya
sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.
(2) Pekerjaan
itu agak macet disebabkan olehketerlambatan dana yang diterima.
c. Penggunaan
Struktur Kalimat
(1) Rencana
ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
(2) Karena
terlalu banyak saran yang berbeda-beda, ia makin bingung untuk
menyelesaikan pekerjaan itu.
3. Ragam
Baku dan Tidak Baku
Ragam baku adalah ragam yang
dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai
bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.
Ragam tidak baku adalah ragam yang
tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam
baku.
Ciri-ciri ragam baku
sebagai berikut.
a. Kemantapan
dinamis
b. Cendekia
c. seragam
4. Ragam
Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan
Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai
dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku tulis secara nasional.
Usaha yang dilakukan dengan menerbitkan dan menertibkan masalah ejaan bahasa
Indonesia, yang tercantum dalam buku
- Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
- Pedoman
Umum Pembentukan Istilah
- Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Ukuran dan nilai ragam baku
lisan bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam
ucapan. Seseorang dapat dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam pembicaraaannya
tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.
5. Ragam
Sosial dan Ragam Fungsional
Ragam sosial adalah ragam bahasa
yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam
lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Sedangkan ragam
fungsional atau profesional adalah ragam bahasa yang
dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu
lainnya.Dalam kenyataan, ragam fungsional menjelma sebagai bahasa negara dsan
bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan keilmuan/teknologi,
kedokteran, dan keagamaan.
6. Bahasa
Indonesia Yang Baik dan Benar
Bahasa Indonesia yang baik adalah penggunaan
yang disesuaikan dengan situasi pemakainya atau lingkungan dan keadaan yang
dihadapi baik ragam bahasa lisan maupun ragam tulis.
Bahasa Indonesia yang benar adalah suatu ragam
bahasa yang memenuhi kaidah-kaidah bahasa yang berlaku dalam komunikasi resmi
pada situasi formal, kedinasan, ilmiah (bahasa Indonesia baku).
1 komentar:
Sloty Casino, New Jersey - MapyRO
Sloty Casino, 서산 출장안마 New Jersey. Find your nearest sloty casino 용인 출장안마 located in New Jersey, United States 태백 출장마사지 and get directions, reviews 양주 출장안마 and more 청주 출장안마 information.
EmoticonEmoticon